Kamis, 02 Oktober 2014
AVATAR DAN SUKU PENGENDALI AIR
Ngeblog sambil belajar materi siswa, ternyata menjadi solusi yang tepat agar dua hal bisa dilakukan dalam satu waktu sekaligus. Konon katanya, menulis adalah membaca dua kali. Jadi, cukup saya tuliskan saja, tentunya dengan mengurai kembali isinya, itu berarti saya sudah membacanya berulang kali. Disamping melemaskan syaraf jari jemari, juga berguna untuk mengencerkan kosakata di otak agar mudah keluar hihi...
Nah, kali ini saya sedang mempelajari tentang materi Air untuk siswa kelas 5 SD. Materi ini lebih dalam mengupas tentang manusia dan air, bagaimana manusia sangat membutuhkan air dalam setiap kehidupannya. Saya langsung teringat pada Suku Air di Film Avatar. Bagaimana mereka dapat memanfaatkan dan mengendalikan air untuk hajat hidupnya, membangun kotanya, melindungi dirinya bahkan sebagai perisai nyawanya.
Asyik kali ya, anak anak belajar tentang air (dan filosofinya), sambil mereka belajar "jurus" mengendalikan air. Pasti betah deh, belajar berlama lama, asal ga pegang buku dan bolpoint aja ... (catet). Sama seperti Eng yang berguru pada Tetua Pengendali Air, banyak petualangan yang dia dapatkan untuk mengenal lebih dalam tentang sifat air dan bagaimana mengendalikannya.
Mempelajari macam macam air, sumber air, manfaat air, bahaya air, serta materi menarik lainnya, akan terasa gersang jika itu hanya dipelajari di atas kertas. Sekedar membaca teks dan mengisi soal saja, dan itu yang terjadi pada saya hiks hiks... Jujur, saya ingin lebih dari melakukan ini, ingin memberikan lebih banyak hal istimewa pada siswa, ingin lebih banyak sama sama belajar tentang kehidupan dengan siswa.
Coba deh, sesekali kami bisa mengamati air di sekitar lingkungan, baik yang bersih maupun tercemar, mengambil sampel air kotor, mengamatinya di bawah mikroskop, mendiskusikan hasil pengamatannya, merencanakan penanggulangannya, membuat alat penyulingan air bersih, sosialisasi pada warga dan aparat setempat untuk digunakan dalam kehidupan sehari hari masyarakat.
Atau sekali waktu jalan jalan mengamati sistem irigasi, diskusi dengan petani mengenai penggunaan air untuk sawah mereka, manfaat sistem irigasi bagi petani, berkunjung ke kantor perairan dan khayalan lainnya hehe. Serunya lagi kalau bisa diving mengamati berbagai hewan dan tanaman yang hidup di dalam air, bagaimana mereka bergantung nyawa pada air, seperti halnya kita manusia.
Berdiri di tengah hujan, mengamati bagaimana air turun dari langit, melihat langsung bagaimana suasana langit saat turun hujan, (awas petir !!!) ^_^ Intinya, banyak sekali hal yang sebenarnya dapat dilakukan untuk membuat setiap materi yang dipelajari dapat tersimpan dengan baik di dalam memori siswa (dan tentunya gurunya juga yaa...).
Saya yakin, jika model pembelajarannya seperti itu, sampai tua pun akan teringat ketika melihat saluran irigasi, diving, hujan hujanan serta pengalaman langsung lainnya. Yang saya butuhkan adalah, kesadaran untuk tidak selalu mengukur keberhasilan pembelajaran siswa dengan target nilai akademik.
Saya amati, orang tua akan selalu kebakaran jenggot saat melihat nilai siswa 40, 20 apalagi nol. Terutama di materi matematika. Nah, bagaimana mau bersenang senang kalau standar orang tua masih pada nilai ??? #berfikir.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar